1. Pentingnya Users Centered Design
Users Centered Design (UCD) adalah proses developer dalam mendesain sebuah produk digital yang nyaman digunakan oleh user. Desain diadaptasi dari perilaku pengguna dalam menggunakan sebuah produk untuk memudahkan user. Kita mungkin pernah mendengar betapa penting nya User Centered, dimana kenyamanan pengalaman user ketika mengunjungi sebuah situs menjadi salah satu faktor utama dalam proses desain. Berdasarkan XD Ideas, Users Centered juga memberikan dampak secara emosional kepada user dalam menentukan apakah pengalaman tersebut valuable (bernilai) bagi user (Adobe XD Ideas, 2019).
Cara efektif untuk mengetahui efektifitas dari sebuah situs/produk digital dapat diidentifikasi dengan menganalisa pain point (beberapa penyebab yang menjadi masalah) dari user. Misalnya, sebuah situs mungkin cepat bagi satu user, tetapi mungkin lambat bagi user yang lain. Di sisi lain, dua situs mungkin memuat dalam waktu yang sama, namun satu situs lain mungkin memuat dalam waktu yang relatif lebih lambat pada interaksi user. Jadi, ketika kita berbicara tentang User Centered Design pada user, kita juga berbicara tentang pembuatan situs web yang cepat, nyaman dan berguna bagi user. Untuk mengacu kepada performa yang lebih akurat, site developer dapat mengacu pada kriteria objektif yang dapat diukur berdasarkan beberapa matrik dalam Core Web Vitals.
2. Apa itu Core Web Vitals (CWV)?
CWV adalah sebuah tolak ukur dari berbagai faktor tentang bagaimana user mengetahui pengalaman berinteraksi dalam halaman web. Mengoptimalkan faktor-faktor ini membuat web lebih menarik bagi user pada berbagai jenis browser serta web interface, dan membantu situs berkembang sesuai dengan ekspektasi user. Hal ini akan berkontribusi pada keberhasilan sebuah web apakah user ingin semakin berinteraksi atau memilih untuk pergi meninggalkan situs. Berdasarkan sebuah artikel yang dipublikasi oleh Google News Central, Google mengumumkan bahwa pengalaman sebuah halaman (page experience) akan menjadi penentu dalam Google Search Ranking sejak Mei 2021. Hal ini menjadi tolak ukur bagaimana user mendapat pengalaman yang menyenangkan saat berinteraksi dalam halaman web dan berkontribusi pada halaman yang sedang dijalankan.
Hal ini didukung pula dengan Google melihat adanya peningkatan rata-rata 70% dalam user engagement yang dilihat melalui lighthouse dan pagespeed insights report, dan banyaknya pemilik situs menggunakan laporan dari web konsol untuk mengidentifikasi peluang peningkatan angka user engagement. Page experience menggabungkan Core Web Vitals dengan Google Search yang meliputi mobile friendliness, safe-browsing, HTTPS-security, dan intrusive interstitial guidelines. Kalau kita lihat secara garis besar, page experience dapat digambarkan pada diagram dibawah yang mana Core Web Vitals merupakan komponen yang sangat penting pada penilaian tersebut. Kalau kita petakan komponen-komponen tersebut dapat dipecahkan ke dalam beberapa matrik.
3. Metrik pada Core Web Vitals
3.1. Largest Contentful Pain (LCP)
User akan merasa frustasi ketika mereka menemukan halaman web yang lambat dan perlu menunggu semua elemen pada halaman tersebut untuk bergerak. Largest Contentful Pain (LCP) adalah matrik yang bertanggung jawab dengan kecepatan pemuatan halaman. Sebelum memahami tentang LCP lebih detail, kita bisa mengenal matrik First Contentful Pain (FCP) terlebih dahulu. FCP dapat diukur sejak halaman mulai dimuat hingga konten dalam halaman dirender pada layar. Jadi, FCP hanya diukur ketika web memuat halaman namun konten tidak dimuat secara keseluruhan. Oleh karena itu, Google mengindikasi bahwa adanya matrik baru yang lebih relevan dan kompleks, yaitu LCP.
LCP diukur saat halaman mulai dimuat hingga saat elemen terbesar (teks, gambar atau video) ditampilkan pada layar. Karena elemen layar berubah-ubah selama pengunduhan, Google akan beralih ke elemen terbesar berikutnya sampai halaman tersebut sepenuhnya dimuat atau ketika user mulai berinteraksi dalam halaman tersebut. LCP merupakan salah satu matrik yang mudah dipahami karena pemilik web dapat mengidentifikasi elemen yang paling besar dan mengoptimalkannya dengan membuatnya lebih kecil.
Untuk memberikan pengalaman terbaik bagi user, situs web sebaiknya diusahakan untuk mendapatkan nilai LCP tidak lebih dari 2.5 detik ketika halaman pertama kali dimuat. Untuk memastikan pemilik web dapat mencapai target tersebut, setidaknya 75% halaman sudah termuat dan telah tersegmentasi pada mobile dan desktop.
3.2. First Input Delay (FID)
First Input Delay (FID) mengukur waktu jeda saat user pertama kali mulai berinteraksi dengan halaman sampai browser merespon. Sebagai contoh saat user melakukan beberapa interaksi dalam web seperti meng-klik link, menekan tombol atau membuka teks, FID hadir hanya untuk mengukur seberapa lama interaksi tersebut hingga saat browser dapat memulai proses sebagai feedback atau respon dari interaksi yang dilakukan user tersebut.
Long First Input Delay biasanya muncul antara proses First Contentful Paint (FCP) dan Time to Interactive (TTI) apabila user mencoba berinteraksi dalam halaman saat itu dimana terjadi penundaan ketika klik diterima dan thread utama dapat merespon. Untuk memberikan pengalaman user terbaik, nilai FID harus kurang dari 100 ms.
3.3. Cumulative Layout Shift (CLS)
Cumulative Layout Shift (CLS) mengukur jumlah total semua skor pergeseran tata letak elemen untuk setiap pergeseran yang terjadi pada halaman. Keberhasilan dari CLS yang bagus dapat ditunjukkan dengan elemen halaman yang cukup stabil (Stabilitas Visual). Dengan begitu, user tidak perlu mempelajari kembali lokasi link, gambar, dan kolom saat halaman dimuat sepenuhnya atau mengklik sesuatu secara tidak sengaja. Beberapa ketidaksengajaan seringkali terjadi karena kurangnya kesadaran pemilik web mengenai pentingnya matrik ini.
Sebagai contoh, ketika user ingin membatalkan konfirmasi pesanan mereka saat belanja di salah satu website e-commerce, tiba-tiba banner untuk mempromosikan download aplikasi muncul dan menggeser elemen yang lain kebawah sehingga menyebabkan user mengklik tombol pesan secara tidak sengaja. Hal ini menyebabkan user perlu mengontak pemilik web mengenai ketidaksengajaan yang telah terjadi.
Untuk memberikan pengalaman terbaik bagi user, sebuah situs sebaiknya memiliki skor CLS kurang dari 0.1 detik. Untuk memastikan pemilik web dapat mencapai target tersebut, setidaknya 75% halaman sudah termuat dan telah tersegmentasi pada mobile dan desktop.
4. Dua Cara Pengukuran Metrik CWV
Terdapat dua cara dalam melakukan pengukuran matrik CWV, yang disebut dengan In The Lab dan In The Field. Kedua metode ini sama-sama memerlukan analytic tools sebagai pendukungnya dan penting untuk dilakukan dua-duanya.
4.1. In The Lab
In the lab adalah penggunaan tool untuk mensimulasikan pemuatan halaman dalam environment yang terkontrol dan konsisten. Sebelum fitur baru dirilis dalam produksi, kita tidak mungkin mengukur karakteristik performa pada real user, jadi pengujian di lab sebelum fitur dirilis adalah cara terbaik untuk mencegah regresi performa.
4.2. In The Field
Di sisi lain, meskipun pengujian di lab adalah proxy yang wajar untuk performa, hal itu belum tentu mencerminkan bagaimana semua user merasakan pengalaman di luar. In the field adalah memahami dengan bantuan data lapangan untuk mengetahui pengalaman user pada situs. Performa situs dapat sangat bervariasi berdasarkan kemampuan perangkat user dan kondisi jaringan mereka serta cara pengguna berinteraksi dengan halaman.
5. Analytic Tools CWV
Beberapa tools yang dapat digunakan untuk mengukur Core Web Vitals meliputi:
5.1. Google Search Console
Google Search Console dapat membantu dalam mengidentifikasi sekelompok halaman pada website yang diperlukan untuk mengetahui performa Core Web Vital (CWV) berdasarkan dari data lapangan. Performa URL dapat dikelompokkan berdasarkan status, jenis matrik, dan grup URL (grup halaman web).
5.2 Lighthouse
Lighthouse adalah audit tool situs web otomatis yang membantu developer mendiagnosis masalah dan mengidentifikasi cara untuk meningkatkan pengalaman user pada situs. Lighthouse mengukur beberapa dimensi kualitas pengalaman user di lingkungan lab, termasuk performa dan aksesibilitas. Berdasarkan dari data laporan lighthouse, kita dapat melihat pembagian matriknya pada data sebagai berikut:
Bobot ini dapat direvisi kembali di masa mendatang tetapi tampaknya CLS untuk saat ini memang matrik yang kurang diprioritaskan dibandingkan dengan matrik lainnya. Google mengatakan bahwa akan menggunakan page experience signals sebagai faktor penentu dalam Core Web Vital. Oleh karena itu sebelum menjadi kategori utama, jangan lupa alokasikan juga prioritas pada faktor utama sebelumnya seperti kualitas konten, SEO dan otoritas halaman.
6. Top Stories pada Search Engine Results SERP
CRWV akan menggantikan AMP untuk menjadi standard baru dalam memasuki area “Top Stories”. Di waktu yang lalu Google pernah di kritik karena tidak memperluas manfaat AMP seperti pra-rendering atau muncul di “Top Stories” ke halaman non-AMP dengan kecepatan yang sama. Pada saat itu, Google telah menjawab bahwa belum ada cara yang tepat untuk melakukannya karena pada saat itu belum ada cara yang andal untuk mengukur kecepatan pada halaman non-amp. Oleh karena itu, Core Web Vital akan menutup celah ini untuk optimisasi pada halaman non-amp.
Di masa mendatang, matrik penting Core Web Vitals mungkin akan lebih diperluas. Beberapa calon potensial saat ini meliputi:
1. Input Delay untuk semua interaksi (bukan hanya interaksi awal)
2. Kehalusan gerakan
3. Metrik yang memungkinkan fitur melakukan pra-render halaman (seperti AMP) di SERP.